“ NAREKKO MASSUKO SAPPAKA, ISSET’TOI AREWEKENNA TUBU’MU RI AMMEMENGENNA, NAREKKO MULOLONGEN’NA UNOKO, NAREK’KO UNOKO UTOK’KO-KO, NAREK’KO UTOK’K-KO ALEKO UTOK’KONGE’KO, NAREK’KO TO’ MULOLONGE’NGA MASSARAN’NITU REWEK’KOTU RI EPPA’E RUPAN’NA RI TANA’E,RI UWWAI’E,RI ANGING’NG, RI API’E MANCAJI OLO-KOLO NOTU KO MATEKO”.
kata NAREKKO disematkan karena dalam hal ini karena tidak semua sadar dan tidak semua mau mengetahui hal ini karena sudah banyak yg melupakan tentang gerak pencarian....
MASSUKO merupakan ikhtiar yg diberikan dalam kata MESSU dalam usaha SAPPAKA atau pencarianNya...
"ISSET’TOI AREWEKENNA TUBU’MU RI AMMEMENGENNA"
dan kita harus kembali dengan konsep fitrah dan diisi dengan ilmuNya juga....
jd kata ISSETTOI merupakan penegasan agar ketika dalam ikhtiar MESSU MASSAPPA, kita harus tahu DIRI kita, TUBU'MU bisa disamakan dengan JISM / JASMANI / MATERI / LAHIRIAH dll. dan dalam AMMEMENGENNA di tempat yang seharusnya berada / menempatkannya dimana.... yaitu kt harus mengetahui proporsi TUBU'MU dalam diri atau mempelajari tentang hakikat manusia singkat kata.
nah kita masuk dalam fasenya...
NAREKKO MULOLONGEN’NA UNOKO,
tahapan-tahapan perjalanan jiwa (al-manazil al-nafs) yang kemudian tiba di “Ufuk Yang Terang” (al-ufuq al-mubin).
Inilah puncak capaian hati (al-maqam al-qalb) dan menjadi permulaan manifestasi diri dari nama-nama Allah (al-tajalliyat al-asma’iyyah) sehingga ketika pencapaian MULOLONGEN'NA hal2 yang mengarah ke jasmaniah kita harus "dihilangkan (UNOKO)" krn inilah perlambangan yang sama kita dengan hewan sama berjasad.., jadi perjalanan pencarian jati diri manusia itu sangat penting., namun sekarang itulah yg terlupakan...
NAREK’KO UNOKO UTOK’KO-KO,
perjalanan di dalam sifat-sifat Allah dan penyaksian nama-namaNya yang kemudian tiba di Ufuk Tertinggi (al-ufuq al-‘a’la) dan puncak kehadiran ketunggalan (al-hadra al-wahidiyyah).
maksudnya ketika dalam fase "kematian/penghilangan" yg sudah dibahas diatas maka mata hati kita akan lebih terbuka terhadap keberADAanNya, karena JISM/LAHIRIAH/MATERI tidak mungkin menanangkap fenomena2 metafisik/non materi yang merupakan subtansi/inti dari aksiden/kulit2 luar yang hanya ditangkap "mata lahereng"... pada fase ini banyak yg akan takjub dgn sifat2nya dgn penyaksian langsung., pencapaiannya disebut KASSAF.,
NAREK’KO UTOK’K-KO ALEKO UTOK’KONGE’KO,
nah disinilah fase peleburan.... tabe'.... klo tidak dipahami secara bijak dan telaah yang positif bisa2 jd musyrik tentu saja tdk dalam lingkungan zatNya... hehe.... makna dari peleburan ini adalah Penyatuan (al-jam’) dan kehadiran penyatuan (al-hadra al-ahadiyyah). Inilah maqam dari “panjang dua simpul diatas” dan jika dia menuju maqam yang lebih tinggi, dia akan sampai pada maqam “atau lebih kecil” dan inilah puncak kesucian (al-wilayah), peleburan yang dimaksud disini seperti peleburan bilangan "2" dan NILAI tak bisa terpisahkan, walaupun "2" berbeda dengan "NILAI" pada dimensi pahaman, namun "2" tidak tak bisa dilepaskan dari "NILAI" tentunya. kesadaran "2" terhadap "NILAI" inilah yang dinamakan peleburan. Namun "NILAI" tidak serta merta terbatasi oleh "2" karena "2" hanyalah pengejawantahan "NILAI" terhadap "2".
NAREK’KO TO’ MULOLONGE’NGA MASSARAN’NITU REWEK’KOTU RI EPPA’E RUPAN’NA RI TANA’E,RI UWWAI’E,RI ANGING’NG, RI API’E MANCAJI OLO-KOLO NOTU KO MATEKO”.
nah inilah makam dimana kebersamaan kita bersamaNya untuk mencapai kesempurnaan... dan inilah maqam kehidupan setelah ketiadaan dan maqam keterpisahan setelah penyatuan (al-farq ba’da al-jam’., arewekengna ri eppae rupan'na maksudnya setelah mengalami fase2 diatas., kt akan mengetahui hakikat diri sampai alam kita kembali setelah kembali dari perjalanan spritiual.... nah sedangkan makna mancaji olo-kolo notu ko mateko artinya jasadiah kita / JISM / lahiriah..., bukan dalam arti binatang yang difahami kebanyakan.... tp skali lg kt bicara hakikat., krn kualitas manusia trdapat 3 jenis., yaitu yg punya jiwa tumbuh2an, jiwa binatang, dan manusia itu sendiri... krn yg menjadikan kita sebagai manusia adalah adanya 3 unsur dalam diri yaitu TUBUH/JISM/LAHIRIAH/MATERI , JIWA/NAFS/NONMATERI , dan RUH / SUBTANSI NON MATERI MURNI ... dan ketika mati., JIWA dan RUH sudah tidak ada., jadi TUBUH/JISM anda bisa sudah bs tarik kesimpulan... kata MANCAJI brarti fura engka nancajing.., nah itulah manusia., dan ketika kita kembali dalam keadaan menjadi "manusia"... itulah hakikat kita., bukankah dalam padang mashyar nanti jiwanya ada yang berbentuk ular ataupun babi ?? tp dalam OLO KOLO yg dibahas diatas brbeda kualitas krn berbicara di material/dunia lahiriah atau fase kematian dari manusia ke "binatang" bukan dari "binatang" ke "binatang" hehe....
begitu ji pemahamanku tentang ini posting., dan saya masih dalam pencariaanNya jadi masih banyak salah2ku daeng2.....
dan Alhamdulillah mnurut saya ini nyambung dengan pemikiran Mulla Shadra (filosof persia) pada bagian 4 Perjalanan Spiritual....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar