"Jurusan komputer kok, ngoleksi buku agama?"
Sebelum bercurhat ria saya ingin selipkan beberapa kalimat tentang apa itu "hari buku sedunia", ditetapkan oleh UNESCO pada 23 April 1995 yang awalnya dipilih untuk mengenang penulis seperti Shakespare, Wordsworth, dan beberapa penulis terkenal lainnya, pertama diperingati di Inggris dan Irlandia pada tahun 1997. (https://news.detik.com/berita/d-6044229/hari-buku-sedunia-2022-tema-dan-sejarah-peringatannya), keberadaan hari buku ini penting sebagai simbol pentingnya kekuatan literasi ditengah semakin kurangnya minat baca (fisik dan digital) ditengah masyarakat, kemunduran minat baca salah satunya tidak lepas dari generasi yang besar di zaman internet (The Shallows - Nicholas Carr). Media ini seperti pisau bermata dua selain bisa digunakan pada hal yang baik juga bisa berbalik merusak bila penggunaannya tidak didasari dengan pengetahuan. Hilangnya kepakaran (The Death of Expertise) yang ditulis oleh Tom Nichols sangat cocok mengidentifikasi bagaimana budaya literasi itu semakin menghilang, dimana netizen seolah punya hak yang sama untuk berbicara dan menghakimi tentang semua hal serta hilangnya etika mengutip sumber rujukan.
Masuk pada curhat tentang literasi, seumuran SD saya sudah merasa punya curiosity / keingintahuan yang besar ketika melihat acara animal planet yang ditayangkan tv tiap sore hari yang kalau tidak salah ingat ada di channel TPI, menyimaknya terasa asyik membahas cheetah, gajah, semut dari kacamata sains. Di SMP saya mulai membeli buku-buku agama yang judulnya cukup "menjual" seperti tentang misteri alam kubur, padang mashyar, pokoknya tema-tema yang membuat saya iler hanya sekedar pemuas dahaga "yang penting tau aja" bahkan dari SMK, membeli buku jadi membudaya ketika kumpulin duit yg dikasi emma' dengan membeli tabloid pcplus, majalah sejenis infokomputer dsb. Nah di kuliahan akhirnya meledak ketika masuk pada pengkaderan HMI, tema-tema keislaman muncul kembali jadi idaman buku huntingan saya.
Apa yang saya lakukan ini bukan mengabil alih seperti yang disebutkan buku Hilangnya Kepakaran oleh Tom Nichols, tapi menjadikan buku sebagai Healing Therapy pada pribadi saya atau bahasa mudahnya sekedar menjadikannya hobi seperti pegawai bank yang hobi shopping, pebengkel yang hobi mancing, tanpa harus menjadikan linearitas sebagai dasar. Teringat ketika orang tua saya melihat ratusan buku yang saya bawa sepulang selesai kuliah dari kost, mereka bilang "jurusan agama ga je muala?" dlm bahasa indonesia menjadi sindiran "apa saya ambil jurusan agama", respon saya bilang "suka saja". Yang salah ketika hanya bermodal membaca buku agama kita menjadi "ngustadz" yang kemudian sibuk memfatwai atau menceramahi seolah dari buah pikirnya sendiri. Saya pribadi tak pernah mengurusi keagamaan orang lain disekitar saya hanya karena punya bacaan, karena sadar tentang disiplin ilmu yang dimiliki. Namun bila hanya sekedar diskusi warung kopi ya bisalah dikit ngoceh-ngoceh (tapi tentu menyertakan rujukan). Awalnya buku saya selipkan di rak plastik, lama berselang pindah ke satu tatakan di lemari pakaian, semakin bertambah akhirnya punya lemari tersendiri (lemari bekas tempat simpan piring nenek) dan terakhir ditempatnya yang baru sudah mirip perpustakaan mini dalam lemari kaca khusus buku saja, alhamdulillah.
Buku bagi saya adalah sahabat sekaligus guru yang baik, dia tidak meminta untuk selalu dipahami, kita bebas melihatnya mulai dari bagian mana saja dan dia menunggu senggangnya kita untuk kapanpun dibuka. Buku mengajarkan saya melihat sosok yang beribu tahun telah meninggal berbicara didepan saya, buku memperlihatkan banyaknya perbedaan yang bisa kita liat disetiap pemikiran yang ada, buku melatih kita berempati yaitu berusaha memahami pikiran dan perasaan penulis pada waktu yang sama, dalam satu buku meringkas pikiran penulis yang bertahun-tahun dia selami, buku bagi saya adalah solusi sekaligus menjadi cita-cita. Saya mungkin miskin harta, masih dibiayai orang tua dan pekerjaan tidak menentu, tapi setidaknya satu-satunya yang kumiliki sekarang adalah BUKU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar